Covid-19 dan Kegiatan Ekspor dan Impor

Oleh :

1. Maristella Wurangian ( 17041045)

2. Nadya V Antara ( 17041045)
3. Karunia Buyung ( 17041031)
Mahasiswa Aktif Universitas Katolik De La Salle Manado, Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi.

Pada akhir tahun 2019, dunia dihebohkan dengan munculnya COVID-19 atau biasa disebut dengan Virus Corona (Coronavirus). Virus Corona ini pertama kali melanda Negara China, tepatnya di Kota Wuhan. Di Indonesia sendiri, virus ini muncul pada awal bulan Maret 2020.
Asal muasal munculnya Virus Corona ini terdapat banyak sekali konspirasi, hingga sampai sekarang ini masih menjadi tanda tanya besar. Menurut yang dinyatakan WHO (World Health Organization), Virus Corona ini berasal dari hewan ke manusia, dan bukan merupakan hasil dari manipulasi ataupun hasil laboratorium.
Virus Corona ini sangatlah cepat penularannya, sebagaimana yang disampaikan WHO (World Health Organization) cara penularan dari Virus Corona tersebut yaitu melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terjangkit COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas. Kemudian, dari percikan-percikan tersebut tersebar dan jatuh ke permukaan-permukaan benda, lalu orang-orang yang menyentuh permukaan-permukaan benda tersebut menyentuh hidung, mata atau mulut mereka langsung terjangkit COVID-19 ini. WHO juga menyampaikan bahwa penularan COVID-19 juga dapat terjangkit jika seseorang yang tidak terkena COVID-19 menghirup percikan batuk atau napas dari orang-orang yang terjangkit Virus ini.
Saat ini, COVID-19 sedang melanda dunia, mengancam semua orang, sehingga membuat semua orang menjadi takut dan khawatir akan kesehatan mereka, juga terhadap penghasilan mereka untuk biaya kehidupan sehari-hari. Kebanyakan sebagian orang, biaya hidupnya bergantung kepada pekerjaan mereka sehari-hari, yang dimana hasil dari pekerjaan mereka itu yang menjadi biaya hidup mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari.
Dengan adanya COVID-19 ini sangat berdampak bagi orang-orang yang berprofesi sebagai sopir angkutan umum, profesi sebagai tukang ojek, pedagang, dan lain sebagainya. Saat ini, usaha-usaha mereka tersebut sedang ambruk, dikarenakan sebagaimana yang diputuskan oleh pemerintah bahwa dihimbaukan agar seluruh masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah demi tercapainya pemutusan rantai penularan COVID-19 ini. Sebagian dari usaha-usaha pedagang juga saat ini dilarang untuk beroperasi. Sehingga kebutuhan pangan mereka sehari-hari tidak sepenuhnya tercapai.

Terkait hal tersebut, pemerintah juga berupaya dengan sangat keras untuk memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat. Pemerintah menyumbangkan beberapa kebutuhan pangan untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat yang terkena dampak virus ini, juga bagi masyakarat yang kurang mampu.

Selain itu, adanya COVID-19 memberikan Dampak yang besar juga di berbagai bidang yaitu termasuk bidang (Politik, Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, pariwisata, dan sebagainya) dalam Suatu Negara baik itu, Negara-negara yang terkena Virus ini maupun Negara-negara “Tidak Terkena” Virus ini. Dalam bidang Ekonomi Hal ini sangat berdampak pada kegiatan Ekspor Dan Impor, Sehingga Hal ini dapat mengakibatkan Penurunan Ekonomi, karena melemahnya kegiatan Ekspor dan Impor.
Seperti yang disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa Covid 19 ini mempengaruhi kegiatan ekspor impor antara Indonesia dan China. Dikarenakan di China pemerintah memberlakukan proses Lockdown, oleh karena itu kegiatan ekspor-impor akan otomatis mempengaruhi ke angka neraca perdagangan Indonesia dari China.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) juga mengatakan bahwa sejak ada kabar tentang Virus Corona, para pembeli di China langsung menghentikan pembelian. Para eksportir buah yang paling ‘menangis’ adalah mereka yang melakukan penjualan atau pengiriman barang dengan skema CNF (Cost and Freight/CFR) atau pembayaran yang dilakukan setelah barang tiba di pelabuhan tujuan ekspor. Bahkan ada yang sudah mengirim barang di kapal, namun di tengah perjalanan terjadi pembatalan.
Secara otomatis karena pandemi covid-19, Negeri tirai bambu tersebut akan mengurangi jumlah permintaannya. Terlebih lagi secara global banyak pabrik di China yang mengurangi produksi karena penduduk tidak bisa bekerja akibat virus covid-19 ini.

Dampak covid-19 ekspor-impor terhambat sehingga membuat harga pangan naik, sejumlah jenis barang mengalami perlambatan terutama yang diimpor dari China. Karena perlambatan impor yang terjadi, harga pangan pun menjadi lebih meningkat dan situasi itu pun diperburuk karena kepanikan yang terjadi di kalangan masyarakat.
Kondisi dimana masyarakat yang berbelanja secara berlebihan memicu kelangkaan sejumlah komoditas. Kepanikan tersebut justru dapat merugikan masyarakat, karena ketika masyarakat berbelanja secara berlebihan akan memicu kelangkaan dan harga pun akan ikut naik.
Kelangkaan dan harga naik berimbas juga kepada masyarakat menengah ke bawah, ketika seharusnya mereka hanya membayar dengan harga yang sebenarnya, tapi Harga tersebut naik menjadi dua kali lipat, itu membuat masyarakat menengah ke bawah semakin kesulitan saat memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari.
Apalagi karena pandemi covid-19 tersebut banyak pekerjaan yang terhambat, contohnya jasa antar jemput seperti ojek atau taksi, banyak masyarakat yang sudah tidak menggunakan jasa tersebut karena sekarang ini harus di rumah saja dan harus menjaga jarak.
Dengan keterhambatan pekerjaan tersebut melemahkan pendapatan, pemerintah pun berupaya memikirkan insentif bagi mereka. Contohnya dengan memberikan bantuan-bantuan sembako atau juga berupa materi agar membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk itu mari kita Saling Menopang dan Tidak hanya mementingkan Diri kita sendiri.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.