Pendidikan Investasi Masa Depan

Opini/beritaterbit.com – Seiring dengan arah jarum jam, pendidikan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh karena itu baik pendidikan formal dan non formal harus dikelola dengan baik berdasarkan kurikulum yang ada karena kurikulum adalah acuan dalam rangka membentuk generasi bangsa yang beriman, bertakwa, berilmu, berahklak mulia, cerdas, unggul dan berwawasan global.

Sehubungan dengan hal tersebut dan merupakan tuntutan zaman maka perlu perubahan revolusi pendidikan yang dikenal 4.0 artinya setiap pengelola pendidikan harus mengetahui dan menggunakan teknologi informasi secara umum, dimana harus mengikuti perkembangan teknologi yang serba canggih. Contohnya sekolah di masa epidemi Covid 19, 2020-2021 dituntut harus menggunakan sistim daring, zoom atau virtual.

Keterkaitan dengan sistim belajar yang demikian menjadi kendala bagi orangtua siswa yang tingkat kesejahterannya rendah dan hal itu juga tidak menutup kemungkinan sekolah-sekolah yang mandiri juga akan mengalami hal yang serupa terutama yang berkaitan dengan dana. Sistim belajar dengan cara yang dikemukan terdahulu tadi, menurut saya akan tidak maksimal karena terbatas waktu untuk anak didik bertanya. Selain hal tersebut akan mengalami kesulitan dalam pembentukan mental dan krakter karena tidak pernah tatap muka.

Proses belajar yang demikian kuat dugaan kualitasnya meragukan karena tidak sama dengan tatap muka, baik secara sosial maupun peningkatan pengetahuan. Secara sosial yang dimaksudkan oleh penulis maksudnya interaksi langsung guru dan siswa, kalo pengetahuan ketika terjadi interaksi siswa dan guru bisa langsung terjawab apa yang ditanyakan oleh siswa.

Sehubungan dengan pengembangan pengetahuan dan sosial yang selama ini digunakan proses belajar dari rumah (BDR) perlu ada kesiapan atau persiapan perangkat sekolah terutama guru dan kesiapan orangtua dan siswa. Oleh karena itu untuk memajukan pendidikan yang maksimal perlu pemerintah menyiapkan WI-FI gratis.

Keterkaitan dengan proses belajar dan siswa yang telah tamat dari lembaga pendidikan diharapkan kepada pemerintah dapat menyiapkan lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tetap menerima calon pegawai negri sipil (PNS), setiap tahun untuk kesenambungan pegawai negri itu sendiri. Contoh kalo 10 tahun tidak ada penerimaan PNS bisa saja berdampak pada pendidikan karena sebagian orang akan berpikir untuk apa mereka sekolah lama-lama hanya buang waktu dan dana.

Di negri ibu pertiwi yang tercinta ini sepertinya anak bangsa lebih suka menjadi Pegawai Negeri Sipil dari pada wiraswasta. Buktinya setiap pembukaan pendaftaran penerima calon pegawai negri sipil, sekian ribu orang yang datang mendaftar hal ini menandakan PNS masih diidolakan di negri kita tercinta ini.

Penulis : Frans Kato
Editor : Farid Shaffry

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.