Sedikit Mengulas Sejarah Desa Cepoko Kecamatan Berbek Nganjuk

Nganjuk, Beritaterbit.com – Kamis (2/3/2023) Desa Cepoko merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Diperkirakan Desa Cepoko adalah bagian dari pusat kabupaten waktu itu karena sebelum ibukota kabupaten pindah ke Anjuk Ladang (Nganjuk), Kecamatan Berbek merupakan cikal bakal kabupaten dan pusat dari kabupaten dengan Bupati bernama Kandjeng Djimat yang merupakan seorang tokoh agama pendiri Masjid bercorak hindu Islam bernama Masjid Al-Mubarok di Berbek. Itu dibuktikan dengan banyaknya pesantren dan tokoh-tokoh agama yang berada di Desa Cepoko.

Selain itu Desa Cepoko sangat melimpah ruah akan hasil perkebunan yang merupakan komoditas utama bagi kabupaten dikarenakan melimpahnya sumber air dan lingkungan yang cocok untuk perkebunan Salak, Duku, Manggis dll. Desa Cepoko berbatasan dengan Desa Manikan (Kecamatan Ngetos) di selatan, Desa Maguan di utara, Desa Salam Rojo di barat dan Desa Kuncir (Kecamatan Ngetos) di sebelah timur.

Desa Cepoko juga terdiri dari beberapa dusun seperti Dusun Tahunan, Dusun Bayeman, Dusun Kauman, Dusun Sangkal Putung, Dusun Ngubaran dan Dusun Kedung Ampel. Selain itu juga terdapat dua sungai besar di Desa Cepoko yang menopang kegiatan sehari-hari masyarakat seperti mencuci, berburu ikan, irigasi dll dikarenakan masih bersihnya sungai di Desa Cepoko. Namun keadaan tersebut berbeda dengan sekarang. Hanya beberapa orang yang memanfaatkan sungai sebagai penopang kegiatan sehari-hari karena kondisi sungai yang sudah berbeda dengan dulu.

Mengenai kapan dan bagaimana awal mula berdirinya Desa Cepoko masih belum menemui kejelasan karena minimnya sumber-sumber sejarah. Nama Cepoko sendiri berasal dari Cempaka yang merupakan nama sebuah bunga yang dimanfaatkan oleh manusia menjadi sumber wewangian.

Dahulu kala diperkirakan Desa Cepoko merupakan tempat penyebaran agama Islam yang cukup memberikan kontribusi yang signifikan bagi agama Islam di wilayah Nganjuk Selatan. Terbukti dengan banyaknya pondok pesantren dan tokoh-tokoh agama di Desa Cepoko.

Ada dari salah satu tokoh agama di Desa Cepoko yang menjadi murid dari Syekh Siti Jenar yang ajarannya sangat terkenal oleh berbagai umat Islam terutama umat Islam di Pulau Jawa. Beliau bernama KH. Abdurrahman, sebagian warga desa menyebut Mbah Condromowo. Dinamakan Mbah Condromowo sebab menurut banyak sumber beliau mempunyai kesaktian yang kebal akan cahaya. Apabila ada sumber cahaya di depan kedua mata beliau maka sumber cahaya tersebut akan terbakar. Bahkan ada sumber yang menyatakan bahwa apabila beliau membaca kitab-kitab agama dengan kedua mata maka kitab tersebut akan terbakar. Sehingga beliau selalu membaca dengan memiringkan badan. Diperkirakan beliau merupakan tokoh terhormat kala itu karena makam beliau berada di tempat tersendiri yang dekat dengan pohon keramat.

Selain itu banyak tokoh-tokoh agama Islam di Desa Cepoko yang berperan dalam pembangunan pondok pesantren, masjid, madrasah diniyah, langgar dan masih banyak lagi. Seperti masjid yang didirikan oleh KH. Muhtar, beliau merupakan Tokoh Kyai ternama di Desa Cepoko sehingga namanya diabadikan sebagai nama masjid yaitu Masjid Al-Muhtar yang merupakan masjid terbesar di Desa Cepoko. Selain KH. Muhtar juga terdapat tokoh-tokoh Kyai lain yang memprakarsai pendirian Masjid Al-Muhtar seperti KH. Zaid, KH. Zainudin, KH. Bakir dll.

Terdapat pesantren seperti Jami’ah Rodhotul Nasi’in yang didirikan oleh KH. Muhtar, merupakan pondok yang besar dimasanya terbukti dengan banyaknya santri bahkan dari luar provinsi. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan sekarang. Pesantren Jami’ah Rodhotul Nasi’in sudah tidak ada santrinya sama sekali. Keadaan yang sungguh miris bagi Desa Cepoko.

Juga pondok Madlatul Hidayah merupakan pondok putri yang didirikan oleh KH. Zaid dan Nyai Zaid. Sekarang pondok pesantren tersebut dikelola oleh Nyai Ziah yang merupakan Istri dari KH. Bakir keturunan dari KH. Zaid. Pondok putra yang masih ada di Desa Cepoko sekarang adalah pondok Baitul Atieq yang didirikan oleh KH. Thohir Mustofa, selain itu beliau juga mendirikan SMK yang diberi nama SMK Baitul Atieq.

Beberapa madrasah diniyah juga didirikan dan diprakarsai oleh KH. Muhtar dan penduduk Desa Cepoko berdiri Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin I untuk madrasah diniyah Putra dan Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin II untuk madrasah diniyah Putri. Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin I dulu berada di gedung dekat Pesantren Baitul Atieq namun dikarenakan kondisi gedung yang memprihatikan akhirnya warga desa membangun gedung baru untuk Madrasah Diniyah bersebelahan dengan Masjid Al-Muhtar. Sementara untuk Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin II berada di Dusun Kauman dekat dengan Pondok Rodhotul Nasi’in.

Di beberapa tempat di Desa Cepoko juga terdapat langar. Seperti langgar yang didirikan oleh KH. Tajab dan Langgar Ngubaran yang didirikan oleh Mbah Ngubaran. Ngubaran sendiri merupakan sebuah dusun terpencil di selatan Kali Gedhe yang masih masuk daerah Desa Cepoko. Namun dusun tersebut sekarang tidak berpenghuni dan langgar yang didirikan hanya akan digunakan apabila malam Jumat Legi oleh keturunan dari Mbah Ngubaran untuk bertadarus. Juga terdapat beberapa tokoh agama lainnya seperti KH. Mohdin dan KH. Abu Said di Desa Cepoko.

Terdapat makam kuno di Desa Cepoko seperti Kuburan Kidul yang berada di barat Masjid Al-Muhtar berisi makam dari beberapa tokoh Wali dan Kuburan Lor yang terdapat beberapa makam makam tua dan makam dari KH. Abdurrahman atau Mbah Condromowo. Banyaknya peziarah yang datang di kuburan ketika malam Jumat menjadi bukti bahwa yang dimakamkan di kuburan tersebut merupakan tokoh Kyai yang disegani.

Pada zaman penjajahan di Desa Cepoko terdapat sebuah perumahan Belanda, warga desa menyebutnya dengan Loji yang sekarang digunakan sebagai gedung Pondok Pesantren Baitul Atieq dan SMK Baitul Atieq. Selain itu juga terdapat sebuah tempat gudang senjata di Desa Cepoko yang sekarang dijadikan rumah oleh Bapak Urip mantan Kepala Desa Cepoko.

Menurut beberapa sumber pada zaman penjajahan warga desa sangat takut akan ancaman Belanda. Belanda sering mengadakan perampasan terhadap hasil bumi warga desa karena melimpahnya hasil perkebunan di Desa Cepoko yang menggiurkan bagi Belanda. Di zaman peperangan, warga desa bergerilya dengan membuat lubang di tanah sebagai markas persembunyian, dapur dan kegiatan lainnya.

Beberapa rumah tua juga terdapat di Desa Cepoko seperti rumah dari KH. Idris & H. Rohmat yang merupakan tokoh ternama di desa. Ini dapat dibuktikan dengan bentuk bangunan yang diperkirakan berusia ratusan tahun.

Terdapat juga keluarga ningrat di Desa Cepoko yaitu sebuah keluarga Raden yang berada di Dusun Kauman merupakan dusun dari tokoh-tokoh agama. Namun masih belum jelas mengenai asal-usul nama Raden yang disandang oleh satu keluarga tersebut.

Irigasi di Desa Cepoko dibangun oleh gotong royong masyarakat desa untuk mengairi perkebunan dan persawahan. Selain itu warga desa juga gotong royong dalam membangun Mbelik yaitu tempat sumber air dan Blumbang yaitu tempat untuk mandi, mencuci pakaian, wudhu dll yang dibangun di dekat langgar. Sering juga terjadi banjir besar di Kali Gedhe namun dampaknya hanya membanjiri perkebunan dan mengubah arah sungai. Belum pernah banjir mengenai pemukiman warga seperti yang terjadi di desa sebelah.

Mengenai balai desa tempat musyawarah warga desa baru dibangun sejak Kepala Desa Urip menjabat. Kemungkinan warga desa dulu yang pemerintahannya masih belum kompleks seperti sekarang menggunakan masjid sebagai tempat musyawarah warga desa.

Sumber: rohmanobet.wordpress.com/Gendro

Editor: Wulan

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.