Pembangunan KIT Batang Tunggu Master Plan

BATANG, Beritaterbit.com – Progres pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Kabupaten Batang Jawa Tengah, yang merupakan tempat relokasi dari perusahaan asing, masih menunggu master plane atau rencana utama.

Dimana, master plan adalah kunci untuk menetapkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan penetapan Proyek Strategi Nasional (PSN) yang akan dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan 201 PSN di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Rudy Soeprihadi Prawiradinata, Senin (12/10/2020), di Batang. Seperti dilansir dari Antaranews.com.

Menurut Rudy, master plan menjadi referensi untuk mengubah status tanah Hak Guna Umum (HGU) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX menjadi wilayah kawasan industri Hak Pengelola Lahan (HPL).

“Oleh karena, untuk mengubah HGU menjadi HPL kita harus berkoordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang ditargetkan dalam dua sampai tiga bulan selesai”, katanya.

Sementara itu, Bupati Batang Wihaji mengatakan bahwa saat ini proses tahapan proyek pembangunan KIT masih berada pada jalurnya.
“Sesuai perencanaan yaitu bulan Oktober, November dan Desember 2020 pada pekerjaan infrastruktur dasar kawasan industri untuk pekerjaan jalan simpang susun,” katanya.

Wihaji juga menyampaikan bahwa proyek akan dilanjutkan master plan dan studi kelayakan (feasibIlity study), serta analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) karena investor ke KIT Batang ditarget masuk Januari 2021.

“Kita tidak usah terjebak dengan 450 hektare masuk dalam RTRW-nya karena hanya untuk mempercepat prioritas tahapan saja. Kalau PSN keluar sebanyak 4.300 hektare sudah masuk RTRW semuanya,” katanya.

Wihaji menegaskan KIT Batang tidak akan bersaing dengan kawsan industri di daerah tetangga dan tetap bersinergi karena KIT ini bagian dari percontohan kawasan yang dikelola oleh negara.

“KIT Batang sebagai percontohan karena persaingan kita negara lain sehingga kawasan industri ini harus mampu kompetitif dengan Vietnam, Malaysia, dan negara lainnya”, katanya. (Purnomo)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.