Tak Selazimnya Garam Ada Di Tengah Hutan, Namun Ini Faktanya

Nganjuk, Beritaterbit.com – Garam selazimnya ada di laut. Namun ini yang terjadi di Kabupaten Nganjuk, daerah yang berjarak lebih dari 100 kilometer dari bibir pantai ditemukan timbunan zat asin yang menyerupai garam.

Yang berlokasi ada di lereng Gunung kreweng, masih wilayah pegunungan Kendeng Utara yang masuk wilayah Desa Bangle, Kecamatan Lengkong, Jumat (2/6/2023).

Lokasi sungai yang oleh warga setempat diberi nama Kali Asin (Sungai Asin-red) ini, berada di tengah hutan milik perhutani KPH Jombang. Namun wilayah administrasinya masuk Desa Bangle, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk.

Yang bikin heran, dalam sungai yang airnya mulai mengering ini muncul butiran berwarna putih, menghampar puluhan meter persegi. Persis seperti garam pada umumnya, ketika kepala desa beserta warga mencoba mencicipi benar-benar berasa asin murni garam asli.

Hamparan garam yang akan terus bertambah saat cuaca semakin panas dan kering. (Beritaterbit.com/Gendro)

Garam-garam tersebut dibiarkan begitu saja, tidak ada warga yang mengambil dibawa pulang. Sehingga kondisinya tetap dan jumlahnya terus bertambah, semakin suhu cuaca panas semakin banyak garam yang ada. Di sekeliling luasnya garam, kondisi air sungai masih tersisa. Bila disentuh, air terasa hangat dan asin.

Menurut Kepala Desa Bangle Tarminto, munculnya garam di Kali Asin tidak hanya di musim kemarau. Saat musim hujan, ketika terkena terik matahari, bekas aliran sungai mengering dan berubah menjadi garam.

“Sudah lama muncul garam sudah bertahun-tahun, sejak saya masih kecil sudah ada,” jelas Kepala Desa Bangle ketika mengunjungi sungai di tengah hutan itu.

Konon menurut cerita warga masyarakat Bangle, zaman dahulu di sepanjang pegunungan Kendeng Utara ini merupakan garis pantai atau bibir pantai yang dari wilayah Banten membujur sampai wilayah Gunung Kendeng di wilayah Desa Bangle ini.

Nampak dari aliran lain yang masih satu lokasi air yang ada berasa asin layaknya air garam. (Beritaterbit.com/Gendro).

Menurutnya, karena terjadi tsunami besar surutnya air yang mengakibatkan kondisi daratan di pantai utara Jawa turun sehingga membentuk kendeng, menyerupai tanggul yang panjang. Rencananya di sungai asin ini oleh warga dipertahankan dan dijadikan obyek wisata desa.

“Harapannya pemerintah daerah agar bisa membangunkan tempat seperti batas aliran sungai untuk melindungi agar tetap asli, serta dibangunkannya fasilitas umum bila mana ada pengunjung yang hendak melihat,” ujar Kepala Desa tiga periode ini.

Ia juga menambahkan, di tahun 2019 ada penelitian dari tim Jakarta melihat dan meneliti apakah air sungai ini bahaya dan tidak untuk dikonsumsi, “Alhasil ada kabar bahwasannya aman untuk di konsumsi ternak maupun konsumsi manusia,” imbuhnya.

Reporter: Gendro

Editor: Wulan

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.