Sisi Lain Dibalik Sekolah Pendulang Prestasi di Mojokerto

Mojokerto, beritaterbit.com – SMA Negeri 1 Sooko atau SMANSASOO adalah salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. SMANSASOO disebut-sebut punya riwayat panjang soal raihan prestasi di bidang akademik dan nonakademik.

Sekolah yang dipimpin Sutoyo SPd. M.Pd itu pada 2017, tercatat mengukir lebih dari 167 prestasi terbaik se-Jawa Timur, nasional dan bahkan internasional. Ruang pendidikan formal dibawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur ini juga berhasil menyabet sejumlah prestasi internasional di bidang akademik dan nonakademik pada 2022. Tak heran jika warga Mojokerto, Jawa Timur menjadikan sekolah menengah atas ini sebagai sekolah favorit yang dijuluki sekolah penggerak.

Tak berhenti di situ. Kepsek dan para guru pun terus menunjukan dedikasi dan integritasnya selaku sekolah penggerak yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 2022. Walhasil sedikitnya 304 siswa/siswi jebolan SMANSASOO ini lulusannya telah diterima di perguruan tinggi ternama di Indonesia, dan 234 lulusannya di terima di perguruan tinggi negeri (PTN).

Sisi lain dari SMANSASOO, ini telah mencetak sejumlah alumni berprestasi. Salah satunya mantan juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi dan sejumlah wakil rakyat di DPRD dan DPR RI juga tercatat sebagai alumni SMA Negeri yang pernah mendulang penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Kesehatan RI.

“Ketua komite kita mantan anggota DPR, ketua alumni kita Pak Johan Budi mantan jubir KPK yang sekarang anggota DPR RI. jadi kalau ada apa-apa ya apa adanya,” kata Kepala SMANSASOO Sutoyo, SPd, M.MPd.

Meski begitu, suasana prihatin juga mewarnai sekolah yang kerap meraih banyak prestasi itu. Lulusan S-2 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ini saat berbincang dengan beritaterbit.com beberapa waktu lalu, mengungkapkan saat ini setidaknya 5 siswanya harus mendapatkan perhatian berbagai pihak, terutama para dermawan.

Imbas dari problem ekonomi orangtua kategori tidak mampu hingga konfik keluarga yang berdampak langsung terhadap anak didiknya justru menuai prihatin yang dalam.

Berdasar data pihak sekolah, sepanjang tahun 2022, tercatat setidaknya 24 siswa yang tergolong tidak mampu, dan yang baru diketahui saat ini 5 anak didik harus menanggung derita akibat ditinggal pergi Sang Ayah, lantaran konflik keluarga juga faktor ekonomi.

“Anak yang kelas tiga nggak dibayar oleh PIP terpaksa saya sama guru-guru urunan agar mereka bisa tetap sekolah. Jadi nggak bayar biaya sekolah malah kita kasih donasi,” ungkap Sutoyo.

Ini yang kita tahu baru 5 orang, lanjutnya, belum lagi yatim piatu sekitar 19 anak free, kita kasih free, tinggalnya di pondok dan yayasan panti asuhan.

“Di sini gitu mas. Makanya siswa itu nggak kita bebani. Ya dari dana BOS kita laporkan disitu, dari wali murid kita laporkan disitu tiap bulan rapat dengan komite evaluasi,” tandasnya.

Sutoyo berharap keprihatinan ini tak berlangsung lama. Agar mereka tidak terpapar psikologi yang dapat mempengaruhi daya kreativitas dalam menempuh pendidikan yang layak. Sebab, bukan hanya sekadar prihatin yang dalam, tetapi selaku pendidik ia punya tanggung jawab moril dalam rangka pencerdasan anak bangsa.

Ia menyebut, mengalami kondisi memprihatinkan ini membuat 5 anak didiknya tersebut jiwanya terguncang, mereka betul-betul terpukul sehingga muncul ibah, miris bercampur sedih.

Alumni SDN Banjarwungu, Tarik, Sidoarjo 1982 itu mengatakan kondisi yang dialami anak didiknya tersebut menyisakan trauma. Bagaimana tidak, untuk bisa tumbuh sehat dan cerdas mestinya mereka disuguhi asupan gizi yang cukup, apalagi di usia mereka yang cenderung masih labil, maka pentingnya bimbingan dan perhatian lebih dari orangtua. Jangankan asupan gizi yang cukup, menikmati mie instan sebungkus berenam bukan hal yang tidak biasa bagi 5 siswa tersebut demi bertahan hidup.

“Bayangkan mas, ketika saya ngobrol dengan tetangga anak-anak itu apa yang terjadi, kasihan Pak mereka memang butuh perhatian serius, soal makan gak terurus, kadang makan supermi sebungkus sekluarga berenam. Ya faktanya begitu Pak,” kisah Sutoyo.

Dengan mata berkaca-kaca kepada awak media Sutoyo spontan berkata kalau ada yang bakti sosial bawa ke sini kami siap menerima sumbangan, sembako juga boleh, kalau mau nyumbang tas atau perlengkapan sekolah kami terbuka untuk donatur karena itu sangat membantu, cetusnya sembari pamit beranjak menuju ruang rapat menyelesaikan agenda evaluasi bersama komite sekolah yang bakal digelar pukul 11.00 waktu setempat.

Bersambung…

(w07)

1 Komen
  1. Fathiya berkata

    Pak Sutoyo keren !! 💐💌

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.