Sejarah Kerajaan Bantar Angin Ditunjukkan Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pawai Budaya 2023

Nganjuk, Beritaterbit.com – Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam rangka merayakan HUT Kemerdekaan RI Ke-78 mengadakan pawai budaya yang melibatkan seluruh instansi yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Adapun dalam kegiatan tersebut, maksud dan tujuan untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-78 serta menampung kreatifitas dan membangkitkan rasa nasionalisme masyarakat sekaligus upaya mempromosikan seni kebudayaan pariwisata Kabupaten Nganjuk.

Pawai budaya dan pembangunan tingkat umum dengan tema ‘Terus Melaju Untuk Indonesia Maju’. Dalam pawai budaya dan pembangunan ini berjumlah 34 kontingen sebagai rincian 15 kontingen dari OPD, 1 tingkat kecamatan, 1 BUMN, 5 kontingen dari swasta dan 10 kontingen dari komunitas masyarakat, Minggu (20/8/2023).

Untuk Dinas Lingkungan Hidup tahun ini mengambil konsep salah satu kerajaan yang ada di nusantara yaitu Kerajaan Bantar Angin yang digambarkan sebagai raja di sini adalah ditunjukan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Subani.

Barisan para warog yang ada di Kerajaan Bantar Angin.

Yang mana kerajaan ini sedikit gambaran yang dikutip dari angbantarangin1922.blogspot.com  bahwa diceritakan Raja Bantar Angin yang bergelar Prabu Kelana Sewandana jatuh cinta kepada putri dari Kerajaan Kediri yang bernama Dyah Ayu Dewi Songgolangit. Oleh sebab api cinta yang tidak bisa dipadamkan, maka Prabu Kelana Sewandana kemudian mengutus Patihnya yaitu Pujonggo Anom atau yang lebih dikenal dengan Bujang Ganong untuk melamar Dyah Ayu Dewi Songgolangit.

Dalam perjalanan menuju ke Kerajaan Kediri, Bujang Ganong dihadang oleh Singo Barong (seorang raja dari segala harimau yang menjaga tapal batas Kerajaan Kediri). Singo Barong mempunyai bentuk tubuh yang tidak lazim yaitu orang yang berbadan manusia tetapi berkepala Harimau. Prabu Singo Barong mendapat perintah dari Raja Kediri untuk memeriksa atau melarang siapapun tanpa seijin sang Raja masuk ke wilayah Kerajaan Kediri.

Perjalanan Bujang Ganong terpaksa berhenti di perbatasan Kerajaan Kediri karena dihadang oleh Singo Barong. Perang mulut antara keduanya sulit dihindari sehingga memuncak menjadi perang fisik. Karena kesaktian dan keperkasaan Singo Barong, Patih Bujang Ganong dapat dikalahkan dan bertekuk lutut di kaki Singo Barong. Kemudian Singo Barong menyuruh Bujang Ganong pulang ke Kerajaan Bantar Angin dan melaporkan kekalahannya.

Sosok putri atau Dewi Ragil Kuning.

Sesampainya di Kerajaan Bantar Angin, Bujang Ganong langsung menghadap Prabu Kelana Sewandana. Mendengar kekalahan dan ketidak berhasilan utusannya, beliau langsung marah dan memerintahkan Bujang Ganong untuk mengerahkan segala kekuatan bala tentaranya untuk menyerang Singo Barong dan kerajaan Kediri. Prabu Kelana Sewandana akan menghancurkan Kediri apabila Dyah Ayu Dewi Songgolangit menolak lamarannya.

Dalam perjalananya, Prabu Kelana Sewandana diiringi suara bendedan Gong yang riuh sekali dengan maksud untuk memberi semangat kepada prajuritnya. Seperti perjalanan sebelumnya, setelah sampai di tapal batas Kerajaan Kediri, pasukan Bantar Angin dihadang oleh Singo Barong dan bala tentaranya. Akhirnya perang pun terjadi dengan dahsyatnya. Ternyata kekuatan dan kesaktian bala tentara Singo Barong sangat sulit dikalahkan oleh prajurit Bantar Angin, sehingga Prabu Kelana Sewandana harus turun tangan sendiri.

Adu kesaktian antara Prabu Kelana Sewandana dan Singo Barong berlangsung seru dan mengagumkan. Keduanya sangat sakti mandraguna dan saling serang. Prabu Kelana Sewandana sangat terpaksa mengeluarkan pusaka andalannya yaitu Cemethi Samandiman. Dengan sekali cambuk, Singo barong langsung lumpuh kehilangan kekuatannya. Singo Barong menyatakan dan mengakui kekalahannya dan takhluk kepada Prabu Kelana Sewandana.

Pasukan oranye menunjukan bahwa Dinas Lingkungan Hidup tetap semangat untuk menjaga kebersihan di setiap acara.

Prabu Kelana Sewandana tidak keberatan menerima takhlukan Singo Barong asalkan mau menunjukkan jalan menuju ke Kerajaan Kediri dan membantu mewujudkan cita-cita Prabu Kelana Sewandana. Dua pasukan itu bergabung di bawah pimpinan Singo barong dan Bujang Ganong menuju kerajaan Kediri. Tanpa perlawanan yang berarti, pasukan Kerajaan Kediri dapat dikalahkan oleh Pasukan Prabu Kelana Sewandana.

Akhirnya Prabu Kelana Sewandana berhasil mempersunting Putri Kediri Dyah Ayu Dewi Songgolangit. Untuk memperingati perjalanan dan kemenangan Prabu Kelana Sewandana ini diciptakanlah suatu kesenian yang dikenal dengan REOG.

Sebagai informasi, Dinas Lingkungan Hidup dalam hal mengikuti pawai budaya dan pembangunan melibatkan semua bidang dan tim poltam. Juga nampak di barisan akhir, ada pasukan pembersih komplit dengan gerobak sampah yang mana fungsinya untuk mengangkut sampah yang ada di tempat-tempat yang sudah ditentukan.

Reporter: Gendro

Editor: Wulan

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.