Rupiah Terpuruk, Sri Mulyani Harus Bertanggungjawab

Jakarta, beritaterbit.com – Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mengatakan, Sri Mulyani Indarwati (SMI)  sebagai Menteri Keuangan terbaik di dunia adalah pihak yang paling bertanggung jawab dengan semakin terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (18/5/2018) bergerak melemah sebesar 99 poin menjadi Rp 14.124 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.045 per dolar AS. Kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar tentu akan berpengaruh dengan jumlah hutang yang semakin membengkak.

“Dengan melemahnya rupiah maka harusnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan paling terbaik sedunia mengantisipasi hal ini. Bukan malah menyatakan bahwa pondasi ekonomi Indonesia makin kuat,” ujar Uchok kepada Harian Terbit, Sabtu (19/5/2018).

Uchok menegaskan, melemahnya rupiah harga-harga kebutuhan pokok akan terkerek naik. Apalagi saat ini kebutuhan pokok melonjak mengingat memasuki bulan puasa. Akibatnya harga kebutuhan pokok bisa semakin tinggi sehingga akan mencekik pendapatan rakyat. Sedangkan jangka panjang dengan anjloknya nilai rupiah akan membuat banyak bank yang akan colaps.

“Pelemahan rupiah ini tanggung jawab BI dan Sri Mulyani juga harus ikut bertanggung jawab,” paparnya.

Uchok menyarankan, jika nilai rupiah terus melemah maka lebih baik Sri Mulyani mengundurkan diri saja karena tidak cocok untuk menjadi Menteri Keuangan Indonesia. Sri Mulyani yang terkesan diam saja atas merosotnya nilai rupiah maka cocoknya bekerja di bank dunia atau di IMF. Apalagi Sri Mulyani juga tidak punya solusi untuk membuat nilai tukar rupiah kembali stabil. Sehingga bisa membuat harga-harga kebutuhan pokok tidak naik.

“Kalau dia (Sri Mulyani) punya solusi maka bukan hanya menyakinkan publik saja, tapi juga harus punya resep atau obat untuk menyembuhkan penyakit pelemahan rupiah,” jelasnya.

Uchok menilai, selama Menteri Keuangan dijabat Sri Mulyani maka akan membuat nilai tukar rupiah semakin terpuruk. Sehingga akan membuat perekonomian Indonesia semakin kacau. Apalagi saat ini Sri Mulyani hanya menjadi kebanggaan pihak asing.

Seperti diketahui usai kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) menjadi 4,5 persen kemarin, nilai tukar atau kurs rupiah justru kian terjerembab hingga menyentuh Rp 14.124 per dolar AS pada 09.39 WIB. Padahal, pada pembukaan perdagangan pagi hari ini, rupiah masih berhasil menguat tipis sebanyak 0,04 persen atau 5 poin dari Rp 14.058 per dolar AS pada penutupan kemarin.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada melihat bahwa pergerakan rupiah hari ini masih akan berada di kisaran Rp 14 ribu per dolar AS, meski ada sentimen positif dari kenaikan suku bunga acuan BI sebanyak 25 basis poin menjadi 4,5 persen.

Menurutnya, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hanya akan mengangkat rupiah secara sesaat karena terpenuhinya ekspektasi pasar. Namun, dengan sentimen lain yang datang dari meningkatnya utang pemerintah mencapai Rp 4.180 triliun per April 2018, maka pergerakan rupiah diproyeksi hanya menguat tipis pada akhir perdagangan hari ini.

Sumber: Safari/HanTerbit

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.