Pemimpin dan Figur (Tamat)

Pemimpin  dan tokoh merupakan dua kata yang mempunyai arti yang berbeda.  Pemimpin bisa saja dia bukan seorang tokoh. Lain halnya dengan tokoh yang dapat menjadi acuan.

Pemimpin   adalah  seseorang orang  yang dapat mempengaruhi kelompok untuk menuju pencapaian tujuan. Seorang pemimpin sosok yang bertanggungjawab.  Seorang pemimpin yang hebat, dapat  menginspirasi kepercayaan pada orang lain dan menggerakkan mereka untuk bertindak atau berekspresi.

Apakah pemimpin  dalam  kepemimpinan merupakan kemampuan,  dalam arti dia seorang pemimpin karena  memimpin?  Itu persoalan lain. Karena kita tahu bayak orang berada dalam posisi kepemimpinan,  tetapi tidak memberikan kepemimpinan.  Pemimpinan memiliki dua tipe:

  1. Pemimpin kebenaran, keadilan, keadilan, kejujuran, ketulusan dan belas kasihan. Para pemimpin seperti para nabi dan para sahabatnya.
  2. Pemimpin Tirani. Para pemimpin penindas, kafir dan atheis. Iini seperti Firaun attau sejenissnya.

Jutaan  sosok pemimpin  dan figur yang pernah ada mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya:

HARSONO TJOKROAMINOTO. Dia lahir di Magetan pada 24 April 1912. Setelah lulus dari H.I.S. dan MULO kemudian mempeladjari Agama Islam dan Bahasa Arab. Pada Tahun 1932 hinga  1943 menjadi Guru P.S.I.I daerah Lampung dan Sulawesi Utara, selain jadi anggota Komite Pekerdja (Executief Comite) P.S.I.I.

Di jaman republik jadi Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Sjahrir III dan dalam Kabinet Natsir Menteri Negara. Terahir mengabarkan bahwa Harsono keluar dari P.S.I.I. dan Kabinet Natsir.

HASAN BASRI. Dia lahir pada Tahun 1921 di Kandangan, Kalimantan. Waktu Belanda hendak mendirikan negara-negara boneka di Kalimantan, akibat gerakan separatismenya, Hasan Basri menghalangi maksud tersebut,  dengan jalan gerilya yang terkenal dengan nama A.L.R.I  Divisi IV.

Beberapa kali kesatuan-kesatuan jang dipimpin Hasan Basri mengurung kota Banjarmasin. Dia menganjurkan pada pegawai-pegawai Belanda agar mogok. Anjuran itu  berhasil dengan kalangkabutnja Pemerintah Belanda. Setelah perundingan Republik-Belanda tercapai, Hasan Basri diresmikan sebagai Letnan Kolonel T.N.I. Komandan Divisi Lambang Mengkurat.

PROF. DR. PANGERAN HUSSEIN DJAJADININGRAT.

PROF. DR. PANGERAN HUSSEIN DJAJADININGRAT. Dia lahir di Banten, Tahun 1886 dari keluarga bangsawan. Setelah beladjar di Nederland pada Tahun 1924, dia  diangkat jadi Mahaguru R.H.S. Jakarta dan anggauta Raad Hindia Belanda. Sejak Tahun 1940 sampai Jepang mendarat menjabat Direktur Departemen van Onderwijs dan Eeredienst. Pada pendudukan Jepang,  Prof Hussein tidak aktif dalam politik. Baru usai aksi polisi pertama, mendirikan dan mengetuai Komite Indonesia Serikat dan pada bulan Januari 1948, dia  mengetuai Dewan Federaal Sementara dan Pemerintah Federaal Sementaran (Maret 1948).

Prof. Hussein kemudian diangkat jadi Sekretaris Negara untuk pendidikan, kesenian dan pengetahuan dari Pemerintah Hindia Belanda.

MR MOH JAMIN. Dia lahir di Sawah Lunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1913. Setelah mengantongi gelar meester en de Rechten (Mr) Yamin membuka kantor advocat di Jakarta Tahun 1938-1940 dan menjadi anggauta volksraad. Di samping ahli hukum, Yamin seorang ahli sejarah dan sastra Buku-bukunya seperti  Ken Arok dan Ken Dedes, Gadjah Mada, Diponogoro, banjak mendapat perhatian.dalam pergerakan politik.

Dia memasuki jong sumatateranen bond, Partindo, Perpindo dan di zaman Jepang duduk sebagai anggouta Madjelis Pertimbangan Putera  dan anggota Tyuuo Sangi In. Sesudah republik di proklamirkan, Yamin Jadi anggota K.I.N.P dan tersangkut peristiwa dalam tanggal 3 Juli 1946,  jaitu percobaan Mayor Jenderal Sudarsono,  untuk mengadakan coup d’etat. Usahanya dalam parlemen R.I.S untuk memepersatukan seluruh daerah Indonesia,  dalam bentuk negara kesatuan sangat menggemparkan. Begitu keterangannyam  engenai Irian di Negeri Belanda. Yamin seorang agitator jang keras, tapi halus perasaannya dan tetap tidak berpartai.

IR. JOHANNES. Dia lahir pada 18 Mei 1913 di Pulo Roti (Timor). Setelah tamat sekolah rakjat, dia melanjutkan ke MULO Makasar, A.M.S di Jakarta dan T.H.S Bandung hingga memperoleh gelar insinyur. Pada Tahun 1946 dia jadi Maha Guru Sekolah Tinggi Tekhnik di Jogja. Guru pada Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta,  Jogja dan Klaten.

Pada bulan Juni 1948,  Ir Johanes mendapat gelar profesor. Ketua Gerakan Rakjat Indonesia Sunda Ketjil. Di Tahun 1948, dia  turut mendirikan (Partai Indonesia Raya  (P.I.R). selanjutnya jadi anggota K.N.I.P dan Menteri Pekerdjaan Umum dan Pembangunan dalam kabinet Natsir. Dia juga turut berkonferrensi UNESCO di Florence dan Konferensi Pedidikan di Geneve.

Masih banyak tokoh di negeri ini yang belum  di ulas untuk pembelajaran  generasi penerus bangsa. cik

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.