Menangkal Narasi Cukai Merugikan Petani dan Buruh Tembakau, CISDI & Yayasan KAKAK Adakan Nonton Bersama Film Dokumenter

Surakarta, Beritaterbit.com – 21 Januari 2023 Hari ini, Yayasan Kepedulian Untuk Anak Surakarta (KAKAK) & Center for Indonesia Strategic Development Initiative (CISDI) mengadakan diskusi dan nonton bersama Film Dokumenter “Di Balik Satu Batang” di Platinum Cineplex, Solo Baru.

Film ini menampilkan potret realita buruh dan petani tembakau dalam ekosistem bisnis rokok.

Project Lead Tobacco Control CISDI sekaligus sutradara film, Iman Zein mengungkap kerap muncul narasi petani dan buruh tembakau akan terdampak buruk kenaikan cukai tembakau.

Tapi ini berbanding terbalik dengan temuannya di lapangan. “Di lapangan, para petani mengeluhkan tentang tata niaga yang belum baik. Mereka tidak memiliki kemerdekaan menentukan harga. Belum lagi faktor cuaca yang kadang membuat petani gagal panen. Jadi, kerugian mereka tidak ada hubungannya dengan cukai. Malah jika dialokasikan dengan tepat, Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCHT) justru berdampak baik untuk petani,” ungkap Iman.

Hal ini dikonfirmasi Sukiman dan Istanto yang menjadi narasumber di film tersebut, dimana dulunya mereka bekerja sebagai petani tembakau. Kini keduanya memilih menanam secara multikultur.

“Harga rokok naik terus, tapi harga daun tembakaunya segitu saja. Ini membingungkan para petani. Kami juga ingin sejahtera. Tapi realitanya, kesejahteraan petani dan industri terasa sekali
kesenjangannya,” tutur Sukiman dalam film dokumenter tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Istanto juga menerangkan tentang kesejahteraan petani yang meningkat setelah melakukan diversifikasi pertanian. “Dulu sempat ada kemarau panjang. Banyak petani tembakau merugi karena alami gagal panen, bahkan sampai ada yang menjual tanah pertaniannya. Keresahan ini berakhir ketika kami sudah beralih tanam. Di luar dugaan, tanaman seperti buncis, cabe yang ditanam penduduk lokal sudah bisa ekspor. Proses alih tanam ini dibantu dari DBHCHT setelah kita bersurat ke Presiden,” jelas Istanto.

Pro-kontra kenaikan cukai selalu terjadi setiap tahun. Kesejahteraan petani dan pekerja industri tembakau selalu dibenturkan dalam perdebatan cukai rokok. Iman Zein Project Lead CISDI, juga turut mempertanyakan kebenaran narasi tersebut. Menurutnya hampir setiap tahun Kementerian Keuangan konsisten menaikan cukai tembakau namun produksi rokok tidak mengalami penurunan, malah cenderung meningkat.

“Tahun lalu, produksi rokok di Indonesia meningkat sampai 7,27%. Tahun 2020, Indonesia
memproduksi 298,4 miliar batang, namun tahun 2021 produksi rokok naik hingga 320,1 miliar batang. Padahal, di tahun itu cukai rokok naik rata-rata 12,5%. Jadi mana buktinya industri akan merugi jika cukai rokok dinaikan?” tutur Iman.

Senada dengan CISDI, Direktur Yayasan KAKAK Shoim Sahriati menuturkan, “Prevalensi perokok anak terus meningkat 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018 atau setara dengan 7,8 juta. Kenaikan cukai rokok yang diiringi naiknya harga rokok akan menjawab persoalan
keterjangkauan harga rokok di kalangan anak sehingga angka perokok permula di kalangan anak dapat ditekan. Kenaikan cukai merupakan bentuk upaya perlindungan anak”. (GP)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.