Kisah Pilu Dibalik KLB Yang Diduga Keracunan Makanan

Nurlela : Alah Baralek, Datang Sansai

BENGKULU, beritaterbit.com – Pemerintah Kota Bengkulu Selasa (17/4/2018) telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap kejadian dugaan keracunan makanan yang menimpa ratusan orang setelah menyantap makanan di pesta pernikahan warga Kota Bengkulu di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Belakang Pondok, Kecamatan Ratu Samban, Minggu (15/4/2018).

Peristiwa dugaan keracunan itu menimbulkan pandangan miring dari banyak orang terhadap Nurlela (60) selaku penyelenggara hajat.

Bagaimana curahan hati Nurlela dan sikapnya menghadapi ujian ini?

Berikut penuturannya kepada Tim Media Center Kominfo Kota Bengkulu !

Rabu (18/04/2018) pagi tim Media Center (MC) menuju lokasi pesta pernikahan keluarga Nurlela. Keadaan tetap normal seperti biasa, karena lokasi pernikahan meminjam halaman salah satu kantor milik Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Bengkulu di Jalan Basuki Rahmat.

Tim pun bertanya kepada salah seorang warga mengenai kejadian yang dimaksud. Seorang ibu paruh baya mengantarkan kami langsung ke rumah Nurlela yang menyelenggarakan acara pesta pernikahan anaknya.

Lorong sempit dan sedikit berliku mengantarkan kami tempat bersebelahan dengan tembok belakang Kantor Dinas Tata Ruang dan Kawasan Pemukiman Kota Bengkulu. Disudut lorong tersebut tim MC disambut dengan ramah oleh keluarga besar Nurlela.

“Assalamu’alaikum, maaf bapak dan ibu, benar di sini rumah ibu Nurlela,” salah seorang dari tim bertanya.

“Iya betul pak, darimana ya pak,” tanya salah seorang pemuda yang ternyata masih kerabat keluarga tersebut.

Tim MC pun memperkenalkan diri, dan tak lama kemudian ibu Nurlela pun datang menyambut kedatangan kami. Meskipun tersenyum, tetapi wajah lusuh dan lesu tidak bisa disembunyikan dari wanita yang memiliki 9 orang anak tersebut.

Tak lama kemudian wanita asal Minang ini menceritakan kejadian yang menimpa pesta pernikahan anaknya. Niatnya hanya ingin berbagi kebahagiaan pesta pernikahan anaknya. Dia dan keluarga besarnya tidak menyangka akan berbuah petaka di hari Minggu (15/04/2018) silam.

“Malu kami nak, amak (ibu,red) sudah pernah melangsungkan resepsi pernikahan anak yang sebelumnya, di rumah ini juga, alhamdulillah lancar. Tapi, entah mengapa yang sekali ini bisa terjadi seperti ini, benar-benar malu amak,” ungkap Nurlela berlogat Minang dengan linangan air mata.

Sejumlah kenangan dituturkan kepada Tim MC, mulai datang ke Bengkulu pertengahan tahun 1976 silam, hingga harus membesarkan 9 orang anaknya sendiri setelah puluhan tahun sang suami pergi meninggalkan keluarga menghadap Yang Maha Kuasa.

“Dari tangan amak ini lah kami bertahan hidup, amak berjualan onde-onde, lupis, dan kue-kue kecil,” katanya.

Akibat kejadian Minggu itu, Nurlela menganggap seperti Alah Baralek, Datang Sansai (Setelah pesta pernikahan, Datanglah Kesengsaraan-red).

“Entah sampai kapan nak, amak takut, kemarin amak sempat dibawa ke Kantor Polisi untuk dimintai keterangan. Sedangkan amak, anak, menantu dan cucu emak juga sempat kena mual dan demam, tetapi kami minum obat parasetamol dan amoxilin (antibiotik) yang ada di rumah, sedangkan kalau berobat ke dokter kami tak punya uang,” keluhnya.

Letih yang luar biasa dirasakan Nurlela, baru usai pesta pernikahan anak, anaknya kini harus berurusan dengan pihak kepolisian dan cemoohan tetangga. Bahkan, Nurlela belum berani memastikan apakah setelah ini dia kembali berjualan seperti biasa atau istirahat dalam beberapa waktu.

“Sungguh kami minta maaf. Musibah ini tidak pernah kami harapkan, semoga orang-orang yang menjadi korban dapat sehat kembali,” sampainya dengan nada sedih.

Saat ini Nurlela mengaku sangat pasrah, musibah yang menimpa keluarganya ini merupakan ujian terberat dalam perjalanan kehidupan mereka.

“Sekali lagi kami mohon maaf, kepada warga korban dugaan keracunan ini. Kami sampai saat ini tidak tahu apa yang menjadi penyebab sehingga para undangan yang makan pada pesta anak saya minggu lalu mengalami sakit,” ujarnya.

Sementara itu, Budi (40) tetangga Nurlela mengaku bahwa kejadian tersebut benar-benar musibah.

“Saya sudah lima tahun bertetangga dengan ibu Nurlela. Kalau mau mencelakakan orang lain itu tidak mungkin, keluarganya saja kena, dia juga kena,” ujar pria yang kesehariannya berdagang baju di Pasar Minggu ini.

Dikatakannya, bahwa tidak sedikit warga yang menilai negatif kepada ibu Nurlela terkait musibah ini. Tetapi, masih banyak pula yang tetap berpegang prinsip bahwa kejadian itu tanpa unsur kesengajaan.

“Semoga ibu Nurlela dan keluarga bisa melalui ujian ini,” demikian Budi.

Sumber : Media Center Kominfo Kota Bengkulu

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.