iBangga Bengkulu 10 Besar Nasional Keluarga Bahagia, BPS: Urutan 2 Provinsi Paling Tak bahagia

Bengkulu, beritaterbit.com – Berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2021, Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) Provinsi Bengkulu memperoleh nilai 56,71 berada di atas rata-rata nasional dengan nilai 53,96 dan menempati urutan ke-9. Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Bengkulu dengan skor 69,74 dan urutan ke 2 Provinsi paling tidak bahagia setelah Banten.

Hal ini tentu sangat berbeda dimana versi iBangga merupakan indeks pengukuran kualitas keluarga yang ditujukan melalui tiga dimensi, yaitu dimensi ketentraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga. Sedangkan BPS sendiri diukur menggunakan tiga dimensi yakni Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia).

Indeks pembangunan keluarga sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk benar-benar menemukan permasalahan keluarga hingga ke dasar, sehingga penanganannya dapat dilakukan secara tepat.

“Jadi, iBangga ini untuk memotret keluarga lebih detail, dalam rangka menyelesaikan banyak hal, mulai dari masalah sosial, masalah kemiskinan, sampai ke masalah yang terkait dengan parenting dan masalah remaja, guna mewujudkan keluarga yang tenteram, mandiri dan bahagia,” ujar Asisten Deputi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Indah Suwarni dikutip dari kemenkopmk.go.id, Kamis (22/9).

Sementara itu, akhir Juli lalu BPS menerbitkan survei mengenai indeks kebahagiaan. Hasilnya cukup mengagetkan. Berdasarkan survei terbaru 2021 tersebut, Provinsi yang memiliki indeks bahagia paling rendah di indonesia adalah Banten di posisi pertama dengan 68,08 kemudian disusul Provinsi Bengkulu pada urutan ke dua dengan 69,74, dan Papua dengan nilai 69,87 urutan ketiga.

Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka semakin merasa tidak bahagia. Manfaat indikator kebahagiaan akan menggambarkan tingkat kesejahteraan subjektif terkait beberapa aspek kehidupan yang dianggap esensial dan bermakna bagi sebagian besar penduduk dan masyarakat.

Mengapa kebahagiaan perlu diukur jika sumber kebahagiaan akan berbeda bagi tiap orang. BPS menjelaskan bahwa indikator kebahagiaan diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan publik dan pembangunan nasional. (R)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.