Nganjuk, Beritaterbit.com – Pagelaran Wayang Kulit menjadi kegiatan peringatan HUT RI ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2023, Sabtu (19/08/2023) malam. Bertempat di Pendopo Kantor Balai Desa Grojogan Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. Pagelaran Wayang Kulit dibuka dengan penyerahan Wayang Kulit dari Kepala Desa Grojogan Suwito kepada Dwijo Kangko.
Kepala Desa Grojogan mengatakan, pada malam ini kita menikamati Pagelaran Wayang Kulit dalam rangka memperingati Dirgahayu RI ke-78.
”Kegiatan Wayang Kulit memang kami selenggarakan setiap tahunnya dengan tujuan nguri-nguri budaya yang bisa diperkenalkan ke generasi muda kita. Jangan sampai budaya Wayang Kulit ini hilang karena generasi muda kita banyak yang lupa karena perkembangan zaman semakin modern,” jelasnya.
Acara ini dilaksanakan semalam suntuk dimulai jam 21.00 Wib sampai dengan selesai. Semua kalangan yang hadir pada Pagelaran Wayang kulit malam ini mulai dari anak anak hingga dewasa.
Ia berharap, dapat menjadi jalan untuk mengenalkan dan menumbuhkan kecintaan budaya Wayang Kulit kepada masyarakat yang lebih luas. Terutama kepada generasi muda sebagai ujung generasi Bangsa Indonesia yang selalu peduli dengan budaya Bangsa Indonesia.

Dalam pagelaran wayang kulit mengambil lakon ‘Gandamana Luweng’ yang mana cerita tersebut kami kutip dari kumpulanceritawayang.com. Dikisahkan Dewi Gandari dan Suman berencana dengan segala cara untuk mensukseskan Kurawa menguasai Astina. Singkat cerita datanglah satu kesempatan itu.
Pada suatu hari datanglah utusan Prabu Tremboko (Raja Pringgondani) dan diterima oleh Suman. Maksud kedatangan utusan Prabu Tremboko itu untuk menyampaikan surat persahabatan untuk Pandu, karena hanya bisa bertemu dengan Suman dititipkanlah surat itu kepada Suman untuk kemudian diberikan kepada prabu Pandudewanata.
Suman menghaturkan surat Prabu Tremboko pada Pandu, tapi isinya telah diubah bahwa Prabu Tremboko menantang perang Astina. Pandu tak gegabah menyikapinya, diutuslah Patih Gandamana untuk membawa misi damai ke negara Pringgondani.
Saat Patih Gandamana berangkat, Suman diam-diam mengerahkan Kurawa lebih dahulu ke Pringgondani dan mengirim surat balasan tantangan perang kepada Prabu Tremboko. Patih Gandamana tidak mengira telah terjadi penyerangan ke Pringgondani oleh Kurawa yang digerakkan oleh Suman. Akhirnya Gandamana diserang oleh pasukan Pringgondani dari depan dan pasukan Kurawa dari belakang. Gandamana tidak melakukan perlawanan.
Hingga akhirnya dengan mudah dijebak dimasukkan ke dalam luweng (lubang tanah yang dalam). Kemudian Suman memerintahkan Duryudana untuk menimbun Gandamana.
Melihat Gandamana tidak melawan maka Raja Tremboko kemudian menolong Gandamana dan meminta penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Prabu Tremboko kemudian menyerahkan surat palsu Pandudewanata yang dibuat Suman kepada Gandamana sebagai bukti. Di kesempatan lain, Suman telah kembali ke Astina, melaporkan bahwa Gandamana telah gugur dikeroyok oleh pasukan Pringgondani. Akhirnya Suman diangkat menjadi patih oleh Pandudewanata. Sebuah kebijakan yang terburu-buru.
Gandamana kembali ke Astina, tetapi di tengah jalan ditemui oleh Widura. Diberikan penjelasan bahwa Suman melaporkan Gandamana telah gugur dan kini Suman diangkat menjadi patih. Akhirnya Gandamana menghajar Suman hingga babak belur. Jadilah tubuh hancur tersebut sebagai Sengkuni. Sengkuni melaporkan kejadian ini kepada kakaknya, Dewi Gandari. Prabu Pandudewanata marah melihat perlakuan Gandamana.
Merasa eksistensi Pandu sebagai Raja diabaikan oleh Gandamana. Akhirnya Gandamana menerima marah Pandu, kemudian diminta kembali ke kerajaan Pancalaradya. Widura melapor kepada Pandu apa yang sebenarnya terjadi. Surat palsu Suman/Sengkuni kepada Prabu Tremboko dibaca oleh Pandudewanata. Prabu Pandu menyesal telah terburu-buru memecat Gandamana.
Sebagai informasi kegiatan ini turut dihadiri forpincam Berbek, kepala desa se-Kecamatan Berbek, lembaga desa juga Bupati Nganjuk yang mewakili.
Reporter: Gendro
Editor: Wulan