Girik Cik: Lapar Minum, Hauspun Minum

By: Cik Ben

Seorang teman yang kerjanya sembrautan bercoloteh tak kujung henti jelang tengah malam. Berbagai hujatan dan umpatan ditujukannya pada pemimpin Negeri Bengkulu ini. Mungkin belum ngopi. Indikasi itu mungkin saja untuk di provinsi bersejarah yang minim literatur ini.

“Tidak wajar dan gejala jiwa akut, bila seseorang sudah menjadi pemimpin, pejabat masih mau korupsi. Dulukan ulah itu sudah. Apalagi yang di cari sudah dapat. Gaji Tetap, Pangkat Jelas, Prospek Cerah. Lain sama kita”, celotehnya sembari garuk kepala yang tak gatal.

Kalau kita yang korupsi, suap atau memeras, itu wajar. Karena kita butuh dan kita memang lagi tidak ada. Gaji tak ada, pangkat serimonial, prospek hidup  masih ngegantung dilangit tinggi.

Celoteh itu orang sedikit  meredah, setelah seceret kopi dan  tembakau Cik suguhkan. Meskipun itu rokok daun nipah yang di beli tempat jualan sesajen di tengah pasar.

“Itukan karena sanak belum jadi pemimpin negeri, pejabat saja. Coba kalau sanak jadi, mungkin sanak akan korupsi juga”, tegur Cik.

“Tidak logis, tidak bisa diterima. Kan dulunya pejabat itu kayak kita! Kenapa setelah tercapai tingkat aman kehidupan masih melakukan kayak itu lagi. Seharusnya tak ada lagi kelakukan ‘Memeluk Tapi Menikam’ lagi. Tak ada lagi slogan, ‘Kalu pacak, negara jangan rugi, kito dapek dikit’. Itu penkhianatan namanya” kato orang itu.

Sembari menyeruput kopi hitam, Cik  mikir. Dimana benarnya logika yang diungkapkan orang salah mengaku wajar atas kesalahannya, terhadap orang lain yang dituding salah, karena dulunya seperti dirinya dan masih melakukan kelakuan yang sama.

Mungkin itu bagian dari kegundahan hati orang tadi, yang ekonominya  kini masih tak menentu. Apalagi kuatir, karena pemimpin, pejabat itu dulunya kayak dirinya.

Seorang pemimpin, pejabat  penjahat, akan lebih mudah menguak, mengungkap pelaku kejahatan. Bahayanya disini, pemimpin, pejabat ini  akan menerapkan peribahasa, ‘Mati Ayam, Mati Tungau’. Kalu makan sorangan, lapar samo-samo.

Seorang pemimpin, pejabat alim, akan kesulitan menguak,  mengungkap pelaku lalim. Lain halnya dengan  pemimpin, pejabat alim. Ia akan mudah menguak, mengungkap siapa pelaku alim. Yang begini biasanya siap lapar minum, hauspun minum.

Wartawan Tinggal di Bengkulu Kota

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.