Bupati Bireuen, Dr H Muzakkar A Gani, SH, M.Si: Gerakan Tanam Jagung Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Foto : Prosesi kegiatan dalam penanaman jagung Hibrida (Suherman Amin)

Bireuen, Beritaterbit.com – Para petani di Paya Cut Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Aceh, semakin antusias dalam menanam jagung untuk pemberdayaan ekonomi mereka. Pasalnya tanaman pangan ini selain mudah diurus, tidak banyak serangan hama penyakit dan harganya masih menjanjikan.

Hal ini terbukti di kala Pemerintah Kabupaten Bireuen melakukan “ Gerakan Tanam Jagung “ di kawasan Paya Cut Kecamatan Juli Bireuen, Rabu 1 Juli 2020 petang ternyata masyarakat sangat antusias dan berduyun – duyun berangkat ke kawasan pelaksanaan gerakan tanam Jagung.

Prosesi penanaman Jagung di Desa Paya Cut Juli Kabupaten Bireuen dalam Gerakan Tanam Perdana dilakukan oleh para unsur Muspida, Forkopimda, Kadis Pertanian Aceh dan Bupati Bireuen.

Walau tampak kecanggungan dalam melakukan penanaman dengan menohok tanah dengan kayu untuk membuat lubang dengan jarak 1 : 5 dan 6 CM dengan memasuki dua biji bibit jagung hidrida tampak mereka sangat serius maka sangat rapi dan teratur.

Bupati Bireuen Dr Muzakkar A Gani,SH,M.Si dalam sambutannya menyebutkan, gerakan yang dilakukan adalah bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan menanam jagung.

Selain itu berkontribusi untuk bisa bersama-sama melakukan perubahan dan mengubah pola pikir masyarakat, dan memberdayakannya dengan menanam sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan.

Teungku Zakaria salah seorang petani asli warga Paya Cut kepada media ini di Paya Cut , Rabu, 1 Juli 2020 menyebut, Jagung yang merupakan tanaman pangan ini selain mudah diurus dan tidak banyak serangan hama penyakit, juga harganya sekarang masih menjanjikan.

Selain itu petani lainnya Saifuddin  menyebutkan, di Bireuen hingga kini luas lahan jagung masyarakat sudah mencapai 11 ribu hektare yang tersebar di beberapa lokasi dalam kawasan Kecamatan Juli.

Menyangkut dengan besaran hasil produksi gabah jagung yang sudah mereka panen rata-rata masih rendah memang yaitu baru mencapai angka tertinggi 4 ton/ha. Dan hal itu disebabkan adanya kendala yang mereka hadapi sebatas penyedian pupuk yang terkadang langka.

“ Memang hasil produksi gabah masih rendah bila dibandingkan produksi ideal yang mencapai 6 ton hingga 7 ton/ha.” Sebut Safuddin dan Zakaria seraya menyebut semakin ramai warga berminat menanam jagung bahkan  tidak memiliki kebun atau tanah sawah sendiri, mereka rela menyewa lahan orang lain dengan membayar 10 persen dari hasil panen nantinya.

Dikatakan Zakaria , harga gabah jagung di Kabupaten Bireuen masih dianggap standar yaitu Rp 4.250/kg dan harga tersebut dianggap standar bila dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani.

Masih menurut Zakaria, harga Rp 4.250/kilogram masih lumayan keuntungan diperoleh petani. Secara hitungan kasar, harga terendah yang bisa dipertahankan petani berkisar Rp 3.800 – 4.000/kg dan kurang dari itu bisa mengkhawatirkan.

Terkait masalah hasil dan harga para petani jagung di Paya Cut Bireuen sangat mengharapkan pemerintah harus tegas mengawasi harga gabah jagung di pasaran jangan sampai dipermainkan para pengusaha sehingga merugikan petani.

Selain itu juga pupuk diharapkan para petani jagung jangan sampai langka sehingga dapat mengurangi hasil panen nantinya yang sangat potensi para petani kurang semangat menanamnya kembali. (Suherman Amin)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.